ANDA
kepingin tahu tingkah remaja masa kini? Meski ini tidak mewakili
seluruh remaja, namun bisa kita jadikan bahan renungan. Ternyata lima
dari seratus pelajar setingkat SMA di Jakarta telah melakukan hubungan
seks sebelum menikah.
Pola pacaran yang dilakukan antara lain mulai berciuman bibir,
meraba-raba dada, menggesekkan alat kelamin (petting) hingga berhubungan
seks. Perilaku seks pranikah itu pun erat kaitannya dengan penggunaan
narkoba di kalangan para remaja. Tujuh dari 100 pelajar SMA pernah
memakai narkoba.
Hal itu dikemukakan oleh Rita Damayanti saat menyampaikan hasil
penelitiannya untuk meraih gelar doktor pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), di Depok, Jawa Barat, Rabu
(3/1).
Dia meneliti 8.941 pelajar dari 119 SMA dan yang sederajat di Jakarta.
Menurutnya, perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena
pengaruh teman sebaya yang negatif. Apalagi bila remaja itu bertumbuh
dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap
remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang
tidak punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya.
Bahkan, remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang, ternyata lebih
mudah jatuh pada perilaku antara, yaitu merokok dan alkohol.
Ujung-ujungnya dari perilaku antara itu, pelajar akan berperilaku
negatif seperti mengonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah.
Untuk menangani masalah tersebut, Rita menyarankan sekolah agar
memberikan informasi yang intensif kepada siswanya tentang kesehatan
reproduksi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan remaja harus terus
dipantau dan dibimbing orangtua. Remaja yang bertanggung jawab dan paham
dengan tujuan hidupnya, juga bisa tergelincir pada pertemanan negatif.
“Back to basic, cintai anak-anak, beri perhatian yang cukup, dan
penuhi kebutuhan psikologisnya. Pola asuh yang positif akan membentuk
anak-anak menjadi lebih tangguh,” ucapnya.
Dalam penelitiannya, Damayanti menyebutkan berpacaran sebagai proses
perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antarlawan
jenis. Namun, dalam perkembangan budaya justru cenderung permisif
terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan
hubungan seks pranikah.
Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki dan perempuan
hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi
lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba
dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih
banyak dibandingkan remaja perempuan.
Perilaku pacaran remaja SLTA di Jakarta:
Perilaku pola pacaran —- Perempuan —- Laki-Laki —- Total
………………………………………. (%) …………..(%) …. ………. (%)
Ngobrol, Curhat ———— 97,1 ——— 94,5 ——– 95,7
Pegangan tangan ———— 70,5 ——— 65,8 ——— 67,9
Berangkulan —————–49,8———- 48,3———-49,0
Berpelukan —————– 37,3 ———- 38,6 ——– 38,0
Berciuman pipi ————– 43,2 ———- 38,1 ——– 40,4
Berciuman bibir ————- 27,0 ———- 31,8 ——– 20,5
Meraba-raba dada ———– 5,8 ———- 20,3 ——– 13,5
Meraba alat kelamin ———- 3,1 ———- 10,9 ——— 7,2
Menggesek kelamin ———– 2,2———– 6,5 ——— 4,5
Melakukan seks oral ———- 1,8 ———– 4,5 ——— 3,3
Hubungan seks —————-1,8 ———– 4,3———- 3,2
** Hasil Penelitian Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rita Damayanti
Perilaku bergeser:
Menurut Siswanto A Wilopo, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), saat ini telah terjadi pergeseran perilaku seksual di kalangan
remaja. Tetapi karena ketidaktahuan mereka banyak pula tindakan yang
mereka ambil membuat paramedis maupun orang tua terkejut.
Surya, staf Seksi Evaluasi Direktorat Kesehatan Reproduksi Remaja
BKKBN juga mengatakan, dari data yang dihimpunnya banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya, bahkan
menyebabkan kematian.
”Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia,
kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, masalah pergeseran
perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta
perundang-undangan yang tidak mendukung,” ujar Surya..
Menurut data Kesehatan Reproduksi yang dihimpun Jaringan Epidemiologi
Nasional (JEN, 2002), jelas Surya, informasi KRR secara benar dan
bertanggung jawab masih sangat kurang. Pemberian informasi tentang KRR
di beberapa tempat masih dipertentangkan, apalagi jika diberi judul
pendidikan seksual.
”Masih terdapat anggapan, pendidikan seksual justru akan merangsang
remaja melakukan hubungan seksual. Selain itu sebagian besar orang tua
yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal ini, tidak
memiliki kemampuan menerangkan serta tidak memiliki informasi memadai.”
Padahal, lanjutnya, survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan
dunia) di beberapa negara memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan
benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja.
Masalah yang dialami remaja tersebut sebetulnya tidak semata akibat
pergeseran budaya atau pengaruh pergaulan. Kemajuan dalam perbaikan gizi
di Indonesia juga ternyata menjadi pemicu pergeseran perilaku seksual
di kalangan remaja.
Kasubdit Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN A Djabbar Lukman yang
ditemui Media di ruang kerjanya mengakui peningkatan gizi saat ini
mengakibatkan hormon seorang anak menjadi lebih cepat matang. Akibatnya
seorang remaja putri akan lebih cepat mengalami menstruasi dan
kematangan organ-organ reproduksi. Ini juga yang menyebabkan hasrat
seksual mulai timbul pada usia relatif muda.
”Selain hormon, pengaruh lingkungan juga menjadi salah satu penyebab
timbulnya pergeseran perilaku remaja. Globalisasi menyebabkan
aksesibilitas remaja terhadap pornografi menjadi lebih mudah. Ribuan
situs porno di internet serta media-media lain, seperti tabloid porno,
komik hentai (komik porno Jepang) yang bertebaran di sekeliling remaja
menjadi salah satu stimulan pergeseran perilaku para remaja saat ini,”
tutur Djabbar.
Untuk itu, hingga saat ini pihaknya masih berusaha meng-counter
serangan informasi bertubi-tubi. Salah satunya dengan menerbitkan buku
mengenai kesehatan reproduksi remaja, menyampaikan berbagai informasi,
salah satunya dengan meluncurkan alat ajar mengenai remaja dan berbagai
permasalahannya termasuk kesehatan reproduksi dan narkoba.